gunalam

Minggu, 09 Februari 2014

Produk Lokal Bos! [Bukan Import]


Berikut adalah pepatah, petuah, wejangan, ajaran nenek moyang kita manusia Nusantara. Dalam kesempatan ini dari tanah jawa. 

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan;
Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli
Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi.

Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja.

Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka;
dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.

Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti...

*Gimana produk lokal bos? keren kan? tentu masih banyak ajaran-ajaran yang bisa kita gali dari nenek moyang leluhur kita. Bangsa kita sendiri, yang tentu lebih tahu dan lebih merasakan suasana batin kejiwaan kita manusia Nusantara. Bukan dari bangsa antah berantah yang jauh di sana yang situasi dan kondisinya tentu jauh berbeda dengan kita.

Hebatnya.. dengan arifnya para leluhur kita, mereka tidak mensakralkan, membukukan dan mensucikan ajaran-ajarannya. Tidak mengatakan inilah ajaran yang paling benar, paling mulia, paling sempurna. Mereka tetap terbuka dengan ajaran-ajaran dari manca, ramah dan toleran dengan berbagai pemahaman keyakinan. Hingga membuka ruang bagi kita untuk belajar seluas-luasnya dari mana saja. Ironisnya, banyak diantara kita kemudian jumawa dan lupa dengan ajaran warisan kita, hanya karena diajari oleh ajaran yang mengaku paling benar dan paling sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar